Lama - Sore bersama Aprilia
"sial" itulah kata pertama saya hari ini. Bangun sedikit
terlambat pagi ini, eng sepertinya ini bukan sedikit terlambat tapi benar-benar
terlambat. Ini jam sebelas. Perlahan saya bangkit dari kasur dan menghampiri
sebuah meja kecil di sudut kamar untuk mengambil HP yang sudah semalaman saya charge disana.
Sesaat kemudian saya cabut colokan charger-nya, dengan
otomatis layar menjadi terang sekaligus memunculkan tampilan layar terkunci,
dan terlihat ada 4 sms baru. Ini bukan hal yang bisa mengagetkan saya, karena tiap
bangun pagi saya selalu mendapatkan beberapa sms, ya sms dari orang yang paling
perhatian ke saya yaitu operator seluler. Saya pun menyentuh ikon amplop dengan
angka 4 ditengahnya lalu menggesernya ke kanan, kunci layar pun terbuka dan
membawa saya menuju kotak masuk pesan.
Setelah inbox terbuka saya liat ada dua sms dari operator,
satu sms iklan agen pulsa dan sebuah no baru, saya pun langsung membuka pesan dari no baru tersebut "pagi bg,jadi kan ntar siang? Ni no Aprilia yg satu lagi jangan lupa di save ya!"
satu sms iklan agen pulsa dan sebuah no baru, saya pun langsung membuka pesan dari no baru tersebut "pagi bg,jadi kan ntar siang? Ni no Aprilia yg satu lagi jangan lupa di save ya!"
Akhirnya saya ingat, siang ini jam 2 saya ada janji dengan
Aprilia, "iya jam 2 kan? Jadi dong" setelah membalas sms itu saya pun kembali
berbaring di kasur. Seperti biasa saya pun membuka beberapa portal berita di Ponsel,
sekedar untuk tau berita terkini. Kegiatan ini udah jadi rutinitas setelah
bangun pagi, dan mandi setelah bangun pagi itu bukan kebiasaan saya, karena
menurut saya lagu "bangun tidur ku terus mandi" hanya berlaku disaat masih
anak-anak dan saya udah dewasa sekarang, jadi lagu itu gak berlaku lagi buat saya, lagian kalau cuma dirumah rasanya terlalu sia-sia buat mandi pagi.
Sambil membaca berita sepakbola saya teringat Aprilia, cewek
yang saya kenal beberapa bulan terakhir, Aprilia atau yang biasa saya sapa dengan
panggilan Lia tubuhnya sedikit lebih pendek dari Tita, dengan wajah oval &
rambut lurus sebahu, kulit putih dan cantik. Lia adalah mahasiswi di salah satu Universitas Swasta di
Padang, dan salah satu ciri khas Lia adalah dia selalu ceria. Oh iya dia tidak ada hubungan apa-apa dengan pabrikan motor asal Italia, dari namanya saja sudah
bisa dipastikan dia lahir bulan maret, ok saya lagi gak fokus maksudnya dia
lahir bulan April.
Semalam sesaat sebelum tidur, saya whats app-an bareng Lia
dan dari sanalah kita mutusin buat ketemuan hari ini, sebenarnya bukan ketemuan
yang special sih cuma pengen ngobrol-ngobrol aja, karena toh tidak ada yang special
diantara kami, sebenarnya kami cuma berteman tapi karena keakraban kami beberapa
orang menyangka kami pacaran, atau setidak-tidaknya begitu pendapat
mereka.
Setelah puas internetan, saya pun menuju kamar mandi, jangan
ditanya mau ngapain ya mau mandilah. saya mandi dengan cepat, karena menurut saya kalau kamu bisa mandi sebentar dan bersih kenapa musti mandi lama-lama dengan
tingkat kebersihan yang sama. Dan saya sangat heran dengan orang yang mandinya
lebih dari setengah jam. Entah apa yang mereka lakukan didalam sana tapi karena saya selalu berusaha buat positif thinking maka saya anggap saja mungkin mereka
nyabunin badan dengan gerak slow motion pangkat tiga sambil kayang dan goyang
pinggul dengan alunan dangdut melayu ala-ala orkes melayu zaman kakek saya muda, mungkin.
Saya bukan orang yang ribet, selesai mandi dengan pakaian
baju kaos, celana jins, sepasang sepatu kets itu sudah cukup bagi saya. Dengan sedikit
parfum sudah cukup bagi saya, oh iya saya lupa bilang tadi saya juga pakai
deodorant kok sebelum pakai baju, iya beneran sumpah. Setelah rapi dan tampan (menurut Ibu saya), saya pun berangkat, berdiri didepan rumah nungguin supir
pribadi saya yang gak tau namanya, mohon dimaklumi soalnya mobil saya banyak, pintu masuknya dari samping, kalau berenti musti bilang "kiri bang!", jadi wajar saja saya gak hapal satu-satu.
Sebuah kijang kapsul biru dengan sticker ala-ala mobil balap berhenti di depan saya, ya inilah mobil saya, "pasar raya bg?". Sepanjang perjalanan saya sempat-sempatin
chating bareng Lia sekalian ngabarin kalau saya sudah di angkot, sedangkan
Lia menuju lokasi menggunakan motornya, seorang gadis dengan motor matic. Setelah saya turun angkot di depan
sebuah café kecil dengan menu utama makanan Jepang, dan tepat di depan café itu
sebuah motor matic telah terparkir disana, dari ciri-cirinya saya tau ini motor
Lia, artinya dia sudah didalam, saya pun langsung masuk tanpa pikir panjang.
Dan benar dugaan saya, Lia sudah duduk didalam, berpakaian kuning dengan lengan panjang dengan bawahan berwarna gelap, pandangan matanya lurus menatap saya, dan langsung saja senyuma manisnya menyambar hati saya, dia memilih
duduk didekat meja persegi setinggi kurang lebih 30 cm, ya saya pernah liat
meja-meja seperti ini di film-film Jepang. Sebenarnya saya gak datang terlambat
tapi karena dia udah duluan datang maka saya inisiatif buat minta maaf
sekalian mencari kata-kata pembuka buat nyapa dia
"eh soriii bang telat datangnya, udah lama?"
"enggak apa-apa kok, ini juga baru sampai" Lia menjawab
dengan gayanya yang ceria seperti biasa
Baru saja saya duduk mbak-mbak pelayannya udah nyamperin
dengan membawa dua buku menu yang masing-masing diberikan ke saya dan Lia. Dan oh Tuhan, saya dalam
masalah besar, saya gak pernah makan makanan Jepang, saya Cuma bisa mandangin
fotonya aja, yakitori, Okonomiyaki, Sukiyaki, Tempura, dll. TUHAN APA INI?,
bahkan saya gak bisa bedain ini nama makanan atau tokoh-tokoh karakter dalam anime Naruto. Sebisa mungkin saya tetap pasang wajah tenang & pura-pura ngerti, sesaat
kemudian terdengar suara Lia menyebutkan menu pesanannya
"ini mbak mie ramennya satu sama minumnya ^$$%^&^%$#$%%^^" Lia menyebutkan pesanannya dengan lancar bahkan tanpa melihat tulisan pada menunya.
Setelah itu mbak-mbaknya langsung melihat ke saya, walaupun tanpa berkata-kata saya tau dia
minta saya menyebutkan apa yang ingin saya pesan. Saya masih bingung, mulai kepikiran buat nyebut kakashi, shikamaru, hinata atau sasuke siapa tau ada makanan dengan nama seperti itu atau mungkin ada makanan yang mudah saya ucapin dan udah terbiasa seperti aishiteru, oyasuminasai atau baka (ah seandainya saja itu nama makanan), akhirnya saya keluarin
jurus andalan saya yang selalu saya pakai disaat-saat genting ditempat makan seperti ini.
"samain aja mbak" -____-
Akhirnya satu masalah terselesaikan, walaupun saya tidak tau
itu minuman apa (bahkan saya tidak bisa mengingat nama minuman yang Lia sebutin
tadi) seengak-enggaknya saya tau mie ramen, saya pernah liat makanan ini walaupun cuma dalam versi anime, ya saya pernah liat Naruto makan ini.
Sambil menunggu pesanan, saya cuma bisa mendengar omelan Lia,
karena awalnya dia berharap saya pesan menu lain supaya bisa saling cobain
makanan. ah tapi sudahlah, lebih baik diam dan kelihatan bodoh dari pada berargumen dan bodohnya kelihatan.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya pesanan kami pun
sampai, masalah baru pun muncul lagi, saya lupa kalau disini menyediakan makanan
Jepang, tentu aja mereka nyediain sumpit sebagai alat makannya, hati saya menangis langsung berdoa penuh harap "semoga Lia pakai sendok sama garpu" tapi ternyata
Lia langsung memakai sumpitnya dengan baik, dan mengaduk mie ramen didepannya, seiring mie yang teraduk, hati saya pun teraduk.
Sebenarnya di setiap meja juga telah disediain sendok dan garpu,
tapi sepanjang mata memandang, semua pengunjung makan menggunakan
sumpit dan mereka hanya menggunakan sendok untuk kuahnya. Otak saya yang seukuran jempol marmut pun mulai berpikir, apa sih susahnya pakai sumpit, tinggal
pegang, jepit makanannya terus suap, gak susah kok, lagian pas kecil saya juga
sering beli popcorn yang makannya pakai sumpit walaupun sumpitnya lebih banyak saya pakai buat jadi stik drum dan akhirnya makan popcornnya pakai tangan tapi
seenggak-enggaknya saya sudah pernah punya pengalaman pakai sumpit.
Perlahan saya pegang sumpit dengan dua tangan lalu dengan
sekali hentakan sumpit itu pun terbelah menjadi dua, dan saya pernah liat di
drama Korea kalau ada beberapa orang yang punya kebiasaan tertentu menggunakan
sumpit sebelum makan, dan saya pun mencoba hal yang sama agar keliatan kalau saya udah terbiasa memegang sumpit. Setelah sumpit terbelah maka saya letakkan dengan
posisi terjepit diantara dua telapak tangan, lalu saya memutar-mutarnya
dengan cara menggerakkan telapak tangan saya kedepan dan kebelakang sekaligus
dengan arah yang berlawanan antara tangan kanan dan tangan kiri.
Perlahan sambil membaca bismillah dalam hati, saya mencoba
menggunakan sumpit, setelah mengaduk dan mengamati isi ramen didepan saya, maka sayapun memutuskan untuk memakan jamur terlebih dahulu karena rasanya itu yang
paling mudah dimakan menggunakan sumpit. Dan ternyata menggunakannya gak
semudah perkiraan saya, perlu konsentrasi yang tinggi agar makanan yang sudah saya jepit dengan sumpit tidak jatuh kembali kedalam mangkok sebelum masuk ke
mulut saya. Akhirnya saya berhasil dengan suapan pertamawalupun makan dengan gaya slow motion.
Minuman dengan nama aneh dan panjang tadi ternyata hanya lah
segelas teh es dengan rasa sedikit aneh dengan beberapa benda asing melayang-layang didalamnya, saya minum dengan penuh perassan, seolah-olah saya pejabat keshogunan Jepang di suatu senja yang kelabu sedang menikmati teh bersama calon permaisuri, atau entahlah. Dengan kondisi makan yang super lama, disaat Lia selesai menghabiskan semangkok mie ramen didepannya, saya baru
menghabiskan setengahnya. Akhirnya Lia pun membantu saya menghabiskan mie di mangkuk saya, selain karena saya susah makannya, porsi mie ini juga terlalu
banyak bagi saya.
Setelah makan kami memutuskan buat liat matahari tenggelam di Pantai
Purus Padang, lalu dengan jiwa kesatria layaknya Satria Baja Hitam baru pulang
dari membasmi kejahatan membela kebenaran, saya pun berdiri duluan dan menghampiri kasir sambil berdoa
didalam hati semoga uang di dompet saya cukup untuk membayar makanan yang kami
makan tadi.
Pantai purus sore itu cukup ramai dan saya baru sadar kalau
beberapa saat lagi akan datang momen yang menggetarkan jiwa yang biasa dikenal
sebagai malam minggu, berhubung moment matahari terbenam masih lama maka kami
pun mencari alternatif hiburan lain dengan saling pandang seolah kami mengerti
, didepan kami berjejer beberapa sepeda couple. Lagi jiwa kesatria saya muncul,
dengan modal uang 20ribu rupiah ditambah jaminan kartu mahasiswa, saya pun
membawa salah satu sepeda couple berwarna biru.
Dengan semangat 45 saya kayuh sepeda itu kearah simpang hotel
mercure lalu berputar kearah belakang. Sepeda berjalan perlahan mengiringi
pembicaraan kami yang melompat-lompat dari satu topik ke topik lainnya tanpa
ada kepastian sampai akhirnya dipendakian jembatan Purus terasa pedal semakin
berat untuk dikayuh, saya pun menoleh ke belakang ternyata Lia sudah mengakat
kakinya, ia pun tertawa lepas tanpa rasa bersalah melihat saya mulai kesulitan mengayuh sepeda
dipendakian sendiri. Tapi adalah salah satu bentuk kesenangan ketika kamu sedang
bersama orang terdekat, tidak ada keluhan yang ada hanya senyum bahagia, seakan dunia berpihak padamu, sepeda pun terus meluncur lurus mengikuti jalan disepanjang garis pantai purus,
hingga sampai disimpang hotel Pangeran kami pun memutuskan untuk putar balik ke
belakang. Sepanjang perjalanan sedikit demi sedikit saya mulai banyak tau tentang Aprilia, mulai dari kesukaannya, buku apa yang dia baca, mimpi-mimpinya dan tentu saja siapa orang yang ada di hatinya saat ini, "sekarang sih gak ada, tapi gak tau kalau besok pagi, siapa tau kan abang mendadak menyatakan cinta malam ini". Oh, hati saya mendadak runtuh, ini kode atau bagaimana, tapi sekejap kemudian ia menambahkan "becanda abang". Oh iya bercanda, sadar, siapalah saya ini, jangan bermimpi terlalu tinggi, bisa bersamanya menjelang matahari perlahan turun adalah sebuah anugrah, jangan berharap lebih.
Kemudian berhenti diatas jembatan Purus, mengambil beberapa foto
narsis, dimana setiap jepretan terasa sangat indah, bukan karena sang surya yang memerah hampir tenggelam di batas cakrawala sana, tetapi karena seraut wajah indah dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajahnya,oh Tuhan seperti ingin memiliki. bersandar ke bahu jembatan berkata-kata layak pujangga yang justru terdengar lucu sambil menikmati goreng sala yang panas, dan 1 cone eskrim. Ada banyak canda, banyak cerita, semua berlalu berlalu begitu cepat, akhirnya mengakhiri
pertemuan kami seiring tenggelamnya matahari di laut barat sana.
Hari yang melelahkan tapi terbayar tuntas dengan waktu-waktu
yang menyenangkan bersama Lia, dalam perjalanan pulang, kembali saya terpikir
tentang pencarian arti cinta yang selama ini saya jalani, saya sadar kalau
perasaan saya ke Aprilia dan perasaan saya ke Lili itu dua bentuk perasaan yang
berbeda, dua-dua nya memiliki sesuatu yang berbeda, saya lebih lepas saat
bersama Lia tapi saya juga bahagia menikmati saat-saat mati kutu bersama Lili dan saya masih tidak tau yang mana yang disebut cinta. Apakah perasaan saya ke Lili yang disebut cinta atau perasaan saya ke Lia atau bahkan kedua-duanya bukan cinta,
satu hal yang pasti sepertinya pencarian arti cinta masih lama dan berlanjut.
Sesampai dirumah saya langsung nge-charge HP yang udah
mati beberapa saat yang lalu, terlihat hari sudah memasuki pukul 7 malam lebih. Setelah
batrai Hp mulai terisi, saya coba menyalakannya dan begitu HP hidup
muncullah dua sms baru dengan dua pengirim yang berbeda, sms pertama dari Lia
yang mengabarkan kalau dia sudah sampai dirumah dan ucapan terima kasih untuk hari ini, dan sms kedua dari Lili.
"bang,bisa gak abang obatin hati Li yang sakit? Li butuh seseorang sekarang"
(bersambung)
4 comments:
sukses buat galau gue hilang bg
ya udah bayar ya, kan udah bantuin ilangin galau
maa sambungan nyo bg?
Posting Komentar