Cita-cita Gue Vs Impian Ortu

Tamat SMA beberapa tahun yang lalu gue sebenarnya gak tau mau kemana, bahkan gue gak tau mau jadi apa. Tapi satu hal yang pasti bagi gue kuliah dulu, mau jadi apa setelah tamat itu urusan besok-besok atau seenggaknya begitulah isi otak gue saat itu. Cita-cita gue semasa kecil ingin jadi astronot hanyalah tinggal cita-cita.

Kegalauan pun muncul melanda, menerpa dan memporak-porandakan gue, lama gue berpikir akhirnya sebagai cowok guepun nentuin “gue harus masuk Fakultas Teknik”, kemudian
gue mulai mencari informasi seputar teknik terutama jurusan-jurusan yang ada di dua Universitas Negri yang ada di Padang. Dengan mempertimbangkan keahlian gue yang “merasa” memiliki keahlian di bidang mate-matika maka tanpa banyak pertimbangan lagi gue pilih “Teknik Sipil UNAND”. karena gue malas berurusan dengan mesin, kuliah berlumuran oli sambil jongkok, dan saat itu gue masih gaptek di bidang komputer dan informatika bahkan gue gak tau cara menggunakan Microsoft Office Word.

Tapi kemudian muncul pertimbangan dari orang tua gue, orang tua gue merasa gue memiliki bakat sebagai calon guru, dan gue disaranin ambil “Teknik Sipil UNP” karena salah satu program studinya adalah “Pendidikan Teknik Bangunan”. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan orang-orang terdekat, gue pun memilih mengikuti tes untuk Teknik Sipil UNP, dan di Jurusan inilah gue sampai sekarang.

Selama masa kuliah gue menjalani perkuliahan sebagaimana kebanyakan mahasiswa lain, dan selama itu bulan telah berganti bulan, tahun berganti tahun dan gue tetap cuma kuliah dan gak pernah terpikir mau jadi apa setelah gue tamat nanti, awalnya masalah ini gak begitu mengganggu hingga suatu saat gue mulai tertarik untuk menjadi penulis. Karena gue merasa seorang penghayal yang hebat, dan dengan membaca Bismillah gue berniat menjadi seorang penulis.

Untuk pertama kalinya dalam keadaan sadar gue punya cita-cita yaitu menjadi seorang penulis,keadaan sadar? Iya dalam keadaan sadar karena diluar sadar gue pernah bercita-cita untuk menjadi seorang Kesatria Baja Hitam, anggota bajak laut Topi Jerami ataupun Ninja Konoha. Dengan ini gue simpulin, walaupun gue kuliah di sebuah jurusan yang dibentuk untuk menghasilkan tenaga pendidik (guru) tapi cita-cita utama gue bukanlah menjadi seorang guru.

Hidup itu adalah kumpulan masalah-masalah yang muncul berurutan, selesai satu masalah maka akan muncul masalah lainnya. Setelah memiliki cita-cita gue justru tambah bingung, bagaimana dengan kuliah gue? Teknik Sipil sama penulis itu beda jauh, kuliah Teknik Sipil sama sekali gak membantu gue belajar menjadi seorang penulis. Tapi dilain pihak lulus sebagai mahasiswa Teknik Sipil adalah impian orang tua gue. Jadi ini dilema antara cita-cita gue versus impian orang tua gue, pengorbanan orang tua gue dalam mewujudkan impiannya melihat gue jadi seorang sarjana itu gak sedikit baik secara moril maupun materil.

Maka dengan melihat kondisi, gue gak boleh egois, gue tetap dalam jalur mengejar cita-cita gue tapi gue juga punya tanggung jawab untuk mewujudkan impian orang tua gue. Akhirnya gue putuskan untuk menyelesaikan masa kuliah gue sambil terus belajar menjadi seorang penulis, tapi dengan kondisi menyelesaikan perkuliahan sebagai prioritas utama.

“gapailah cita-citamu setinggi bintang dilangit, tapi jangan egois”


Terakhir mungkin banyak yang bertanya “kenapa gue yang baru belajar menulis sudah berani menyebut diri sebagai penulis?” karena menurut Itachi Uchiha "bukannya seseorang yang pantas menjadi hokage berani menyatakannya pada semua orang, tapi seseorang yang telah menyatakan dirinya kepada semua oranglah yang bisa disebut Hokage" jadi kalau kita bercita-cita menjadi sesuatu maka harus berani menyatakannya pada semua orang, maksa? terserah

posted under |

0 comments:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Dekysae on twitter

Instagram

Instagram

Total Tayangan Halaman

Temukan

Followers


Recent Comments